Secara umum, berdoa jika terpenuhi adab-
adabnya dan sebab-sebab terkabulkannya, Insya
Allah akan Allah Ta'ala kabulkan, di waktu kapan
pun itu. Sesuai janji-Nya: ud'uni astajib
lakum (berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku
kabulkan). Oleh karenanya, jawaban ini bukan
semata-mata konteks Ramadhan, tetapi kami
bahas secara global: adab, sebab ditolak, momen
mustajab berdoa, dan orang spesial yang doanya
dikabulkan.
1. Adab-Adab Berdoa
Dalam keadaan merendahkan diri. Hal ini sesuai
hadits:
Dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu , bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﻛَﻢْ ﻣِﻦْ ﺃَﺷْﻌَﺚَ ﺃَﻏْﺒَﺮَ ﺫِﻱ ﻃِﻤْﺮَﻳْﻦِ ﻟَﺎ
ﻳُﺆْﺑَﻪُ ﻟَﻪُ ﻟَﻮْ ﺃَﻗْﺴَﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺄَﺑَﺮَّﻩُ
"Berapa banyak orang yang pakaiannya kusut dan
berdebu yang sudah usang, doanya tidak ditolak,
dan seandainya dia bersumpah kepada Allah, Dia
menerima sumpahnya." (HR. At Tirmidzi No.
3854, katanya: hasan . Ahmad No. 12476. Abu
Ya'la No. 3987. Syaikh Al Albani menshahihkan
dalam Shahihul Jami' No. 4573. Syaikh Syu'aib
Al Arnauth menshahihkannya
dalam tahqiq terhadap Musnad Ahmad No.
12476)
2. Menengadahkan kedua tangan
Dari Salman Radhiallahu 'Anhu , bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺇﻥَّ ﺭﺑﻜﻢ ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺣَﻴِﻲٌّ ﻛﺮﻳﻢ
ﻳﺴﺘﺤﻲ ﻣﻦ ﻋﺒﺪﻩ ﺇﺫﺍ ﺭﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ
ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﺮﺩﻫﻤﺎ ﺻﻔﺮﺍً
"Sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wa
Ta'ala yang Maha Pemalu, merasa malu terhadap
hamba-Nya jika dia mengangkat kedua
tangannya kepada-Nya, dia mengembalikan kedua
tangannya dalam keadaan kosong." (HR. At
Tirmidzi No. 3556, katanya: hasan gharib. Abu
Daud No. 1488, Ibnu Majah No. 3856. Al Baihaqi
dalam As Sunan Al Kubra No. 2965. Al Hakim
dalam Al Mustadrak No. 1830, katanya: sanadnya
shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.
Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul
Jami' No. 1757)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al
'Utsaimin Rahimahullah mengatakan:
ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ
ﺇﺟﺎﺑﺔ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ،ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ: ﺇﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻴِﻲٌّ ﻛَﺮِﻳْﻢٌ
ﻳَﺴْﺘَﺤِﻴﻲْ ﻣِﻦْ ﻋَﺒْﺪِﻩِ ﺇِﺫَﺍ ﺭَﻓﻊَ ﻳَﺪﻳْﻪِ
ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺮُﺩَّﻫُﻤَﺎ ﺻِﻔْﺮَﺍً
"Membentangkan kedua tangan ke langit
termasuk sebab dikabulkannya doa, sebagaimana
hadits: Sesungguhnya Allah Yang Maha Malu dan
Mulia, merasa malu terhadap hamba-Nya jika dia
mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu
dia mengembalikan keduanya dalam keadaan
kosong." ( Syarhul Arbain An Nawawiyah , Hal.
138)
Banyak sekali riwayat shahih yang menceritakan
bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam mengangkat kedua tangannya ketika
berdoa. Baik yang terlihat ketiaknya seperti ketika
istisqa dan terbunuhnya paman Abu Musa Al
Asy'ari, atau mengangkat tangan biasa saja.
Kenyataan ini membuat Imam Bukhari
berpendapat bahwa mengangkat kedua tangan
ketika berdoa adalah mutlak dilakukan doa kapan
pun.
Berkata Imam Abdurrahman Al
Mubarkafuri Rahimahullah :
ﻭَﻟِﺬَﻟِﻚَ ﺍِﺳْﺘَﺪَﻝَّ ﺍﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱُّ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏِ
ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﻮَﺍﺯِ
ﺭَﻓْﻊِ ﺍﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﻓِﻲ ﻣُﻄْﻠَﻖِ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ .
Oleh karenanya, Imam Bukhari berdalil dengan
hadits ini (hadits tentang istisqa) dalam kitab Ad
Da'awat atas kebolehan mengangkat kedua
tangan secara mutlak (umum) ketika
berdoa." ( Tuhfah Al Ahwadzi, 2/201-202. Cet. 2.
Maktabah As Salafiyah, Madinah Al Munawarah)
Al Hafizh Ibnu Hajar telah mengumpulkan
dalam Fathul Bari , bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam mengangkat tangan ketika berdoa
dalam berbagai kesempatan, di antaranya doa
ketika gerhana, doa nabi untuk Utsman, doa nabi
untuk Sa'ad bin 'Ubadah, doa nabi ketika Fathul
Makkah, doa nabi untuk umatnya, doa nabi ketika
memboncengi Usamah, dan lainnya. Semuanya
dengan sanad shahih dan jayyid , dan
menyebutkan bahwa nabi mengangkat kedua
tangannya ketika melakukan doa-doa tersebut.
( Fathul Bari, 11/142)
3. Menghadap Kiblat dan Mengulang-ulang doa
Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu
'Alaihi wa Sallam ketika menjelang pertempuran
Badar. Dengan menghadap kiblat dan mengangkat
kedua tangannya, Beliau berdoa:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ! ﺃﻧﺠﺰ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻭﻋﺪﺗﻨﻲ. ﺍﻟﻠﻬﻢ!
ﺁﺕ ﻣﺎ ﻭﻋﺪﺗﻨﻲ . ﺍﻟﻠﻬﻢ ! ﺇﻥ ﺗﻬﻠﻚ
ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻌﺼﺎﺑﺔ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻻ
ﺗﻌﺒﺪ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ
"Ya Allah! Penuhilah untukku apa yang Kau
janjikan kepadaku. Ya Allah! Berikan apa yang
telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah! jika
Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, … maka
tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka
bumi."
Beliau senantiasa berdoa dengan suara tinggi
seperti itu dan menggerakkan kedua tangannya
yang sedang menengadah dan menghadap kiblat,
sampai-sampai selendang yang dibawanya jatuh
dari pundaknya. Lalu Abu Bakar menghampirinya
dan meletakkan kembali selendang itu di
pundaknya dan dia terus berada di belakangnya.
Lalu Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu berkata:
ﻳﺎ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ! ﻛﺬﺍﻙ ﻣﻨﺎﺷﺪﺗﻚ ﺭﺑﻚ .
ﻓﺈﻧﻪ ﺳﻴﻨﺠﺰ ﻟﻚ ﻣﺎ ﻭﻋﺪﻙ
"Wahai Nabi Allah! Inilah sumpahmu kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia akan memenuhi apa
yang dijanjikan-Nya kepadamu."
Lalu turunlah firman Allah Ta'ala:
ﺇﺫ ﺗﺴﺘﻐﻴﺜﻮﻥ ﺭﺑﻜﻢ ﻓﺎﺳﺘﺠﺎﺏ ﻟﻜﻢ
ﺃﻧﻲ ﻣﻤﺪﻛﻢ ﺑﺄﻟﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ
ﻣﺮﺩﻓﻴﻦ
"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan
bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut." (QS. Al
Anfal (8): 9). (HR. Muslim No. 1763, At Tirmidzi
No. 5075, Ibnu Hibban No. 4793. Ahmad No. 208,
Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf , 7/95)
Juga dalam Shahih Bukhari, Kitab Al Jum'ah Bab
Al istisqa' fil Masjid Al Jami' , bahwa
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdoa diulang
tiga kali ketika meminta turun hujan: "Allahumma
isqinaa (Ya Allah turunkanlah kami hujan) ."
4. Mendahului dengan pujian kepada Allah Ta'ala
dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam
Fadhalah bin 'Ubaid berkata, bahwa
Nabi Shallallahu 'Alaihi was Sallam mendengar
seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, tapi
dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat
kepadanya, lalu Beliau memanggilnya dan berkata
kepada dia dan lainnya:
ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَّﻰ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓَﻠْﻴَﺒْﺪَﺃْ ﺑِﺘَﺤْﻤِﻴﺪِ ﺭَﺑِّﻪِ
ﻭَﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﺛُﻢَّ ﻟِﻴُﺼَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ،
ﺛُﻢَّ ﻟِﻴَﺪْﻉُ ﺑَﻌْﺪُ ﺑِﻤَﺎ ﺷَﺎﺀَ
Jika kalian berdoa mulailah dengan memuji
Rabbnya lalu bershalawat kepada Nabi, lalu
berdoalah setelah itu sesukanya. (HR. At Tirmidzi,
katanya: hasan shahih. 3477, Ahmad No. 23937,
Al Hakim, No. 840, katanya: shahih sesuai syarat
Imam Muslim . Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi
dalam At Talkhish. Syaikh Syu'aib Al Arnauth
mengatakan: shahih. Lihat Taliq Musnad
Ahmad No. 23937)
5. Khusyu', Mantapkan Hati, Penuh Harap,
Percaya Diri
Allah Ta'ala berfirman:
ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳُﺴَﺎﺭِﻋُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ
ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮﻧَﻨَﺎ ﺭَﻏَﺒًﺎ ﻭَﺭَﻫَﺒًﺎ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ
ﺧَﺎﺷِﻌِﻴﻦَ
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu' kepada
Kami. " (Al-Anbiya: 90)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu , bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﻻَ ﻳَﻘُﻮﻟَﻦَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ : ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﺇِﻥْ
ﺷِﺌْﺖَ، ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻨِﻲ ﺇِﻥْ ﺷِﺌْﺖَ،
ﻟِﻴَﻌْﺰِﻡِ ﺍﻟﻤَﺴْﺄَﻟَﺔَ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻻَ ﻣُﻜْﺮِﻩَ ﻟَﻪُ
Janganlah kamu berdoa: "Ya Allah ampunilah aku
jika Engkau mau, rahmatilah aku jika Engkau
mau," hendaknya dia mantapkan hati atas doanya
itu karena sesungguhnya Allah tidaklah dipaksa
oleh doanya itu. (HR. Bukhari No. 6339, 7477,
Muslim No. 2679)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu , bahwa
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
ﺍﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻣﻮﻗﻨﻮﻥ ﺑﺎﻹﺟﺎﺑﺔ
ﻭﺍﻋﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﺠﻴﺐ ﺩﻋﺎﺀ
ﻣﻦ ﻗﻠﺐ ﻏﺎﻓﻞ ﻻﻩ
Berdoalah kepada Allah dan kalian meyakininya
akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak
akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan
lengah. (HR. At Tirmidzi No. 3479, Al Hakim No.
1817, Al Bazzar No. 10061, Al Kharaithy, I'tilal Al
Qulub, No. 5, Ath Thabarani, Al Awsath , No. 5109.
Sanad hadits ini dhaif (lemah) namun memiliki
beberapa jalur riwayat yang menguatkannya,
sehingga para ulama menghasankannya, seperti
Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth ( Raudhatul
Muhadditsin No. 4861), Syaikh Al Albani
( Shahihul Jami' No. 245), Al Mundziri ( At Targhib
wat Tarhib, 2/491-492), Al Haitsami (Majma' Az
Zawaid, 10/148) )
6. Melirihkan suara, sedang-sedang saja, jangan
mengeraskan suara kecuali jika ada alasan syar'i
Allah Ta'ala berfirman:
ﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺗَﻀَﺮُّﻋًﺎ ﻭَﺧُﻔْﻴَﺔً ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ
ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺪِﻳﻦَ
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri
dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui
batas." (QS. Al A'raf: 55)
Allah Ta'ala berfirman:
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠْﻬَﺮْ ﺑِﺼَﻠَﺎﺗِﻚَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨَﺎﻓِﺖْ ﺑِﻬَﺎ
ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﺑَﻴْﻦَ ﺫَﻟِﻚَ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ
"Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu. " (QS. Al-Isra: 110)
Inilah adab dasar dalam berdoa yaitu dilirihkan
suaranya, seperti ketika berdoa sendiri-sendiri.
Namun, dibolehkan dikeraskan suara, jika ada
kebutuhan seperti berdoa ketika khutbah Jum'at
dan 'Id, istisqa, qunut nazilah, atau seseorang
berdoa yang diikuti jamaah , sebagaimana
dicontohkan dalam beberapa
riwayat shahih berikut.
Umar bin Al Khathab Radhiallahu
'Anhu menceritakan keadaan menjelang perang
Badar, katanya:
ﻟَﻤَّﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﺑَﺪْﺭٍ ﻧَﻈَﺮَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﻫُﻢْ ﺃَﻟْﻒٌ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑُﻪُ ﺛَﻠَﺎﺙُ
ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺗِﺴْﻌَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﻘْﺒَﻞَ
ﻧَﺒِﻲُّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔَ ﺛُﻢَّ ﻣَﺪَّ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﻬْﺘِﻒُ
ﺑِﺮَﺑِّﻪِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺠِﺰْ ﻟِﻲ ﻣَﺎ ﻭَﻋَﺪْﺗَﻨِﻲ ……
"Di hari ketika perang Badr,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam memandangi kaum musyrikin yang
berjumlah 1000 pasukan, sedangkan sahabat-
sahabatnya 319 orang. Lalu
Nabiyullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam menghadap kiblat, kemudian dia
menengadahkan kedua tangannya lalu dia
berteriak memanggil Rabbnya: Ya
Allah! Penuhilah untukku apa yang Kau janjikan
kepadaku …… (HR. Muslim No. 1763)
Al Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
ﻭَﻓِﻴﻪِ: ﺍِﺳْﺘِﺤْﺒَﺎﺏ ﺍِﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔ
ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀ ﻭَﺭَﻓْﻊ ﺍﻟْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﻓِﻴﻪِ ، ﻭَﺃَﻧَّﻪُ
ﻟَﺎ ﺑَﺄْﺱ ﺑِﺮَﻓْﻊِ ﺍﻟﺼَّﻮْﺕ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀ .
"Dalam hadits ini disunahkan menghadap ke
kiblat ketika berdoa dan mengangkat kedua
tangan, dan tidak apa-apa meninggikan suara
ketika doa." ( Al Minhaj Syarh Shahih Muslim ,
6/213. Mawqi' Ruh Al Islam)
Dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik Radhiallahu
'Anhu berkata:
ﺃَﺗَﻰ ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﻋْﺮَﺍﺑِﻲٌّ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺒَﺪْﻭِ
ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫَﻠَﻜَﺖْ ﺍﻟْﻤَﺎﺷِﻴَﺔُ ﻫَﻠَﻚَ ﺍﻟْﻌِﻴَﺎﻝُ
ﻫَﻠَﻚَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻓَﺮَﻓَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻭَﺭَﻓَﻊَ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺃَﻳْﺪِﻳَﻬُﻢْ ﻣَﻌَﻪُ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ
"Datang seorang laki-laki Arab Pedalaman,
penduduk Badui, kepada Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam pada hari Jumat. Dia berkata:
"Wahai Rasulullah, ternak kami telah binasa,
begitu pula famili kami dan orang-orang." Maka,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallm mengangkat kedua tangannya, dia berdoa,
dan manusia ikut mengangkat kedua tangan
mereka bersamanya ikut berdoa." (HR. Bukhari
No. 983)
7. Mengutamakan doa-doa Ma'tsur
Hendaknya kita berdoa lebih mengutamakan doa-
doa ma'tsur, yaitu kalimat doa yang berasal dari
Al Quran dan As Sunah. Tetapi boleh saja kita
menggunakan doa buatan manusia, terkait hajat
dunianya, walau doa ma'tsur lebih utama.
Para ulama mengatakan:
ﺫَﻫَﺐَ ﺟُﻤْﻬُﻮﺭُ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﺇِﻟَﻰ ﺟَﻮَﺍﺯِ ﻛُﻞ
ﺩُﻋَﺎﺀٍ ﺩُﻧْﻴَﻮِﻱٍّ ﻭَﺃُﺧْﺮَﻭِﻱٍّ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀَ
ﺑِﺎﻟْﻤَﺄْﺛُﻮﺭِ ﺃَﻓْﻀَﻞ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ.
Mayoritas ahli fiqih berpendapat bolehnya semua
bentuk doa duniawi dan ukhrawi, tetapi doa yang
ma'tsur lebih utama dibanding
selainnya. ( Raudhatut Thalibin , 1/265, Asna Al
Mathalib, 1/16)
Orang-Orang Spesial Yang Doanya Dikabulkan
Dalam hal ini kami akan berikan beberapa contoh,
sebagaimana tertera dalam beberapa hadits
berikut:
Pertama. Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu ,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: Ada tiga manusia yang doa
mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang
berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang
adil, 3. Doa orang yang dizalimi. (HR. At Tirmidzi
No. 2526, 3598, katanya: hasan. Ibnu Hibban No.
7387, Imam Ibnul Mulqin mengatakan: "hadits ini
shahih." Lihat Badrul Munir , 5/152. Dishahihkan
oleh Imam Al Baihaqi. Lihat Shahih Kunuz As
sunnah An Nabawiyah, 1/85. Sementara Syaikh Al
Albani mendhaifkannya. Lihat Shahih wa Dhaif
Sunan At Tirmidzi No. 2526)
Kedua. Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu ,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺛَﻠَﺎﺙُ ﺩَﻋَﻮَﺍﺕٍ ﻣُﺴْﺘَﺠَﺎﺑَﺎﺕٌ ﺩَﻋْﻮَﺓُ
ﺍﻟْﻤَﻈْﻠُﻮﻡِ ﻭَﺩَﻋْﻮَﺓُ ﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮِ ﻭَﺩَﻋْﻮَﺓُ
ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﻟَﺪِﻩِ
"Ada tiga doa yang dikabulkan: Doa orang yang
dizalimi, doanya musafir, dan doa orang tua
untuk anaknya." (HR. At Tirmidzi No. 1905, 3448,
katanya: hasan . Abu Daud No. 1536, Ibnu Majah
No. 3862, dan ini menurut lafaz At Tirmidzi.
Syaikh Al Albani menghasankan dalam berbagai
kitabnya, seperti Shahihul Jami' No. 3030, 3031,
3032, 3033. Shahih wa Dhaif Sunan At
Tirmidzi No. 1905. Shahih wa Dhaif Sunan Abi
Daud No. 1536, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni
Majah No. 3862, Shahih At Targhib wat
Tarhib No. 1655, 2226, 3132. As Silsilah Ash
Shahihah No. 596)
Ketiga. Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhuma ,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺍﻟﻐَﺎﺯِﻱ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤَﺎﺝُّ
ﻭَﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺮُ ﻭَﻓْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺩَﻋَﺎﻫُﻢْ ﻓَﺄَﺟَﺎﺑُﻮْﻩُ
ﻭَﺳَﺄَﻟُﻮْﻩُ ﻓَﺄَﻋْﻄَﺎﻫُﻢْ .
"Orang yang berperang dijalan Allah, haji, dan
umrah, adalah duta-duta Allah, jika mereka
berdoa Allah akan mengabulkannya, jika mereka
meminta, Allah akan memberinya." (HR. Ibnu
Majah No. 2893, hadits ini hasan. Shahih wa
Dhaif Sunan Ibni Majah No. 2893)
Dalam tiga hadits ini, ada banyak orang yang
doanya tidak akan ditolak:
1. Doa orang yang sedang puasa (baik sunah atau
wajib)
2. Pemimpin yang adil
3. Doa orang yang dizalimi (ini dua kali disebut
dalam hadits di atas)
4. Doa musafir
5. Doa orang tua kepada anaknya
6. Mujahid fi sabilillah
7. Orang yang sedang umrah
8. Orang yang sedang menunaikan haji
Waktu dan Momen Mustajab untuk Berdoa
Agama ini telah menginfokan waktu-waktu
istimewa untuk berdoa, yang dengannya berdoa
akan dikabulkan. Di antaranya sebagai contohnya
adalah berikut ini:
Pertama. Dari Abu Umamah Radhiallahu 'Anhu ,
beliau berkata:
ﺃﻱُّ ﺍﻟﺪُّﻋﺎﺀ ﺃﺳﻤﻊُ؟ ﻗﺎﻝ ﺻﻠّﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ : « ﺟﻮﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ، ﻭﺃﺩﺑﺎﺭ
ﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ»
"Doa manakah yang paling didengar?
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam menjawab: "Doa pada sepertiga malam
terakhir, dan setelah shalat wajib." (HR. At
Tirmidzi, No. 3499. Syaikh Al Albani
menghasankan hadits ini, Shahih wa Dhaif Sunan
At Tirmidzi, No. 3499)
Kedua . Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam bersabda:
ﻳﻨﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﻴﻦ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻠﺚ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺍﻷﺧﻴﺮ
ﻓﻴﻘﻮﻝ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ: ﻣﻦ ﻳﺪﻋﻮﻧﻰ
ﻓﺄﺳﺘﺠﺐ ﻟﻪ، ﻣﻦ ﻳﺴﺄﻟﻨﻰ ﻓﺄﻋﻄﻴﻪ،
ﻣﻦ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮﻧﻰ ﻓﺄﻏﻔﺮ ﻟﻪ
"Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika
tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman,
'Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan,
siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa
yang memohon ampunan pasti Aku
ampuni' ." (HR. Bukhari No. 1145, dan Muslim No.
758)
Ketiga. Dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺃَﻗْﺮَﺏُ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻪِ ﻭَﻫُﻮَ
ﺳَﺎﺟِﺪٌ ﻓَﺄَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀَ
"Posisi paling dekat antara hamba
dengan Rabbnya adalah ketika sujud, maka
perbanyaklah kalian berdoa." (HR. Muslim No.
482)
Keempat. Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu ,
bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻋِﻨْﺪَ ﺯَﺣْﻒِ
ﺍﻟﺼُّﻔُﻮﻑِ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﻋِﻨْﺪَ
ﻧُﺰُﻭﻝِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺚِ، ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔِ ﻟِﻠﺼَّﻼﺓِ
ﺍﻟْﻤَﻜْﺘُﻮﺑَﺔِ، ﻓَﺎﻏْﺘَﻨِﻤُﻮﺍ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀَ
Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika
perang fi sabilillah berkecamuk, turunnya hujan,
ketika shalat wajib, maka banyaklah berdoa saat
itu. (HR. Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 429)
Kelima. Dari Abu Umamah Radhiallahu 'Anhu , dia
mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda:
ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ، ﻭَﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ
ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔِ ﻣَﻮَﺍﻃِﻦَ: ﻋِﻨْﺪَ
ﺍﻟْﺘِﻘَﺎﺀِ ﺍﻟﺼُّﻔُﻮﻑِ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ،
ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﻧُﺰُﻭﻝِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺚِ، ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺇِﻗَﺎﻣَﺔِ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﻭَﻋِﻨْﺪَ ﺭُﺅْﻳَﺔِ ﺍﻟْﻜَﻌْﺒَﺔِ
Dibukanya pintu-pintu langit dan dikabulkannya
doa ada empat keadaan: ketika berperang fi
sabilillah bertemu barisan musuh, turunnya hujan,
ketika berdirinya shalat, dan ketika melihat
Ka'bah. (HR. Ath Thabarani, Al Mu'jam Al
Kabir No. 7713, Al Baihaqi, As Sunan Al Kabir No.
6460, juga Ma'rifatus Sunan wal Aatsar No.
7239)
Dari lima hadits di atas ada, ada informasi kita
dapatkan bahwa ada beberapa momen
dikabulkannya doa:
1. Serpertiga malam terakhir
2. Ketika shalat
3. Ketika sujud
4. Setelah shalat [1]
5. Ketika berperang
6. Turunnya hujan
7. Melihat Ka'bah
Khusus Doa-Doa dan Wirid Ramadhan
Berikut ini beberapa doa yang memiliki riwayat
dalam sunah yang shahih atau hasan ketika bulan
Ramadhan atau berpuasa.
Pertama. Berdoa di waktu berbuka puasa juga
diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam Berikut ini adalah doanya: "Adalah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam , jika
sedang berbuka puasa dia membaca:
ﺫَﻫَﺐَ ﺍﻟﻈَّﻤَﺄُ ﻭَﺍﺑْﺘَﻠَّﺖِ ﺍﻟْﻌُﺮُﻭﻕُ، ﻭَﺛَﺒَﺖَ
ﺍﻟْﺄَﺟْﺮُ ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ
"Dzahaba Azh Zhama'u wab talatil 'uruqu wa
tsabatal ajru insya Allah." (HR. Abu Daud No.
2357, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No.
7922, Ad Daruquthni, 2/185, katanya: "isnadnya
hasan." An Nasa'i dalam As sunan Al Kubra No.
3329, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1536,
katanya: "Shahih sesuai syarat Bukhari-
Muslim". Al Bazzar No. 4395. Dihasankan Syaikh
Al Albani dalam Shahihul Jami' No. 4678)
Kedua. Bacaan ketika Lailatul Qadar.
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻗَﺎﻟَﺘْﻘُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺃَﺭَﺃَﻳْﺖَ ﺇِﻥْ ﻋَﻠِﻤْﺖُ ﺃَﻱُّ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ
ﻣَﺎ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻮﻟِﻲ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﻚَ
ﻋُﻔُﻮٌّ ﻛَﺮِﻳﻢٌ ﺗُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨِّﻲ
Dari 'Aisyah dia berkata "Aku berkata: Wahai
Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui
bahwa pada suatu malam adalah Lailatul Qadar,
apa yang aku katakan?" Beliau menjawab:
"Ucapkanlah, ' Allahumma innaka 'afuwwun karim
tuhibbul 'afwa fa'fu'anni. " (HR. At Tirmidzi No.
3513, At Tirmidzi berkata: hasan shahih . Ibnu
Majah No. 3850. Syaikh Al Albani
menshahihkannya. Lihat As Silsilah Ash
Shahihah No. 3337, Shahihul Jami' No. 4423, dan
lainnya)
Kita tidak mengetahui datang pastinya Lailatul
Qadar, maka untuk antisipasi tidak mengapa
dibaca tiap malam.
Ketiga . Dari Abdurrahman bin Abza, dari ayahnya,
katanya:
ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
ﻳُﻮﺗِﺮُ ﺑِﺴَﺒِّﺢِ ﺍﺳْﻢَ ﺭَﺑِّﻚَ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ، ﻭَﻗُﻞْ
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ، ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﺣَﺪٌ،
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻮِﺗْﺮِ ﻗَﺎﻝَ :
ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚِ ﺍﻟْﻘُﺪُّﻭﺱِ " ﺛَﻠَﺎﺙَ
ﻣَﺮَّﺍﺕٍ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺮْﻓَﻊُ ﺻَﻮْﺗَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔ
Dahulu witirnya nabi dengan
membaca Sabbihisma Rabbikal A'la , Qul Yaa
ayyuhal kaafirun, dan Qul Huwallahu Ahad . Jika
sudah selesai dari witirnya, Beliau
membaca: "Subhaanal Malikil Qudduus" sebanyak
tiga kali, dan dia meninggikan suaranya pada
bacaan yang ketiga. (HR. Ahmad No. 15361,
Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: shahih.
Lihat Ta'liq Musnad Ahmad No. 15361)
Demikian. Wallahu A'lam.
Catatan Kaki:
[1] Sebagian ulama TIDAK MENYETUJUI adanya
berdoa setelah shalat, bagi mereka tidak ada
dalilnya, dan cukup wirid saja. Menurut mereka
makna adbarush shalawatil maktubah adalah
diakhir shalat wajib, bukan setelah shalat. Inilah
yang diyakini oleh Imam Ibnu Taimiyah, Imam
Ibnul Qayyim, Imam Abul Abbas Al Qurthubi,
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad
bin Shalih Al 'Utsaimin, dan lainnya.
Pendapat ini telah dikoreksi Al Hafizh Ibnu Hajar
dengan berbagai hadits shahih tentang contoh
doa ba'da shalat yang diajarkan oleh
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam . ( Fathl
Bari, 11/133)
Imam Al Bukhari, dalam kitab Shahih -nya, telah
menulis BAB AD DU'A BA'DA ASH SHALAH (Bab
Tentang Doa Setelah Shalat). Entah, kenapa
keterangan ini dikatakan tidak ada dalilnya?
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata:
ﻗﻮﻟﻪ: "ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺼﻼﺓ " ﺃﻱ
ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ، ﻭﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺘﺮﺟﻤﺔ ﺭﺩ
ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺯﻋﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻻ ﻳﺸﺮﻉ
"Ucapannya (Al Bukhari), "Bab Tentang Doa
Setelah Shalat" yaitu shalat wajib. Pada bab ini,
merupakan bantahan atas siapa saja yang
menyangka bahwa berdoa setelah shalat tidak
disyariatkan." (Koreksi lengkap beliau terhadap
Imam Ibnul Qayyim, lihat di Fathul Bari,
11/133-135. Darul Fikr)
Adanya berdoa setelah shalat adalah pendapat
mayoritas ahli fiqih. Dalam Al Mausu'ah Al
Fiqhiyah Al Kuwaitiyah disebutkan:
ﺫَﻫَﺐَ ﺟُﻤْﻬُﻮﺭُ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻥَّ ﻣَﺎ ﺑَﻌْﺪَ
ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﺍﻟْﻤَﻔْﺮُﻭﺿَﺔِ ﻣَﻮْﻃِﻦٌ ﻣِﻦْ
ﻣَﻮَﺍﻃِﻦِ ﺇِﺟَﺎﺑَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ
"Pendapat mayoritas fuqaha adalah bahwa waktu
setelah shalat fardhu merupakan waktu di antara
waktu-waktu dikabulkannya doa." ( Al Mausu'ah ,
39/227). Wallahu A'lam.
- Home
- No Label
- Syarat syarat terkabulnya do'a
Syarat syarat terkabulnya do'a
Related Post
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments